Semua Dusta



Kenyataannya aku memang terluka, sangat terluka. Entah kemana harus meratapi semua duka, sedangkan yang kulihat hanya canda tawa durjana para penghuni dunia.

Apa yang harus kulakukan untuk mengubah dunia yang telah berubah jadi wadah para pendusta? 

Ya, Tuhan. Aku tahu iblis hidup dalam diri ini, tapi tak pernah kubiarkan orang kesulitan dalam kesendirian. Aku iblis berhati lembutkah? Atau aku setan yang bertobat? 

Setiap hari kulihat jajaran peristiwa memuakkan. Manusia dengki pada manusia, manusia jahat pada manusia, manusia iri pada manusia. 

Sedangkan setan? Hohoho. Ia terbahak-bahak seraya menatap wajahnya dalam cermin neraka. Setiap kerutan urat cairan neraka menambah ketampanannya. Ia mendapatkan kemudaan dari ketamakan manusia. 

Dari kebodohan para pendusta yang tak pernah puas dengan dunia! 

Lalu di mana rekaman tangisan anak-anak tak berdosa? Di mana tetesan air mata tangan-tangan kering yang mengais sampah? 

Oh, tentu saja. Semuanya tenggelam dalam kantung penuh tawa para pendurja. 

Bait-bait suci telah membungkus mereka dengan merek, Aku yang Terbaik! 

Aku suci karena ibadahku lebih baik darimu. Selalu itu yang keluar dari kesombongan-kesombongan menjijikkan

Lalu, aku dan dia yang bersekutu dengan iblis adalah sampah di kakimu? Seperti itukah wahai kaum berwajah suci? 

Kami yang mengais hari penuh hati-hati agar tidak semakin tetjerambab adalah bagian kenistaan dunia bagimu, benar begitu? 

Aku kalian anggap bagian dari iblis yang pantas mendapat hinaan dunia dan siksa neraka. Karena aku kalian anggap tak selihai itu dalam menyucikan diri. Benar begitu? 

Banting saja cermin kepalsuan itu! Bahkan kalian takkan bisa mengukur literan airmata kami yang tertampung bumi.

Siapa yang salah akhirnya? Kau yang sok suci? Aku yang tak mau suci? 

Atau setan yang terbahak-bahak dalam katedral suci di neraka??

Posting Komentar

0 Komentar