Kisah Di Jembatan Surabaya

Kisah Di Jembatan Surabaya


Jembatan-Surabaya
Pemandangan pantai dari Jembatan Surabaya


Sama sekali tidak mengira kalau di Surabaya ada banyak jembatan. Dan ternyata salah satunya ada di dekat kosan. Awal tahunya dari kegabutan keliling tanpa tujuan di jalan sekitar kosan. Eh, ternyata gabut kita waktu itu sampai ke jalan yang sisi kiri dan kanannya berjejer aneka toko oleh-oleh. Berbagai camilan yang kebanyakan dibandrol 10 ribu rupiah per bungkus tampak dipajang di toko-toko. 

Menariknya, saya menemukan tempat yang menjual makanan khas Surabaya, seperti kerupuk ikan dan berbagai olahan laut lainnya. Oalah, saya jadi bertanya-tanya jalan apakah ini? Kemudian kejutan menyenangkan lainnya datang ketika saya melewati sebuah perempatan dan menuju sebuah jalan yang luas. Sungguh saya tak percaya dengan yang dilihat ketika menengok ke sebelah kanan. Pertama yang saya lihat adalah kelompok-kelompok kecil perahu nelayan mengapung di hamparan air yang terkena pantulan matahari senja. Oh, my god, apakah ini laut?

Kenpark

Setelah beberapa saat terpukau dengan pemandangan sore di sisi sebelah kanan. Saya pun mulai menyadari kalau jalan yang tengah saya lalui itu adalah sebuah jembatan. Yah, setelah hampir 4 bulan di Surabaya saya baru tahu apabila sedekat ini dengan pantai. Anjungan di kanan kiri jembatan terlihat begitu megah ketika saya lewat di bawahnya. Di sisi kiri saya tampak Pantai Ria, lengkap dengan perahu-perahu di tepiannya. Di Kenpark ini fasilitasnya cukup lengkap termasuk berbagai wahana airnya. Sebuah tempat yang cocok dikunjungi bersama keluarga juga teman.

Pantai Ria


Selain wahana air yang menarik, kita juga dapat menikmati angin laut dengan menumpangi perahu. Cukup dengan harga 10 ribu kita sudah dapat memutari rute perahu yang mengelilingi pantai. Kebetulan sampai saat ini saya belum sempat melakukannya. Karena saya menemukan bisa juga naik perahu dari sisi lain di Pantai Kenjeran ini. Dan ini jadi obsesi berikutnya, untuk menikmati angin laut dari atas perahu nelayan, seperti ketika di Pantai Santolo waktu itu.

Jembatan Surabaya

Jembatan Surabaya terletak di Jalan Pantai Lama Kenjeran. Kebetulan tidak terlalu jauh dari tempat saya tinggal sekarang. Rasa penasaran saya begitu besar hinga memutuskan mencari tahu lebih banyak tentang jembatan ini. Lagipula saya bukan tipe orang yang sabar menunggu ajakan orang lain. Apalagi kalau orang itu sibuk dengan pekerjaannya (nyindir seseorang). Prinsip saya, kalau bisa melakukan sendiri, ya lakukanlah sendiri. Di sini juga saya sadari apabila hidup di perantauan telah menjadikan saya keras berikut daya juang yang meningkat tajam.

Begitu juga ketika ingin tahu lebih banyak tentang jembatan ini, saya cari rute yang terdekat dan bisa ditempuh sepeda ontel dengan penuh rasa aman. Keingintahuan yang besar telah membuat saya berpikir lalu bergerak. Bergerak membuat saya mengenal banyak tempat. Membuat saya memahami karakter-karakter manusia. Menambah teman, menjalin silahturahmi, bahkan membuka banyak peluang. Walaupun terjatuh berkali-kali, tidak lantas membuat saya jatuh terkapar selamanya. Karena jatuh itu untuk membuat saya sadar jika rasa sakit itu ada. Dan rasa sakit itulah yang membuat saya bertumbuh. Terus tegak, walaupun dada sakit, kaki melemah, tapi jiwa justru terbebas. Bebas karena dibarengi keyakinan bahwa ada Tuhan yang menguatkan. Bahwa saya bukan apa-apa tanpa kekuatan dari-Nya.

Anjungan Jembatan Surabaya

Saya berulang kali kecewa setiap kali lewat ke Jalan Pantai Lama mendapati jalan menuju jembatan ditutup. Kebetulan, setiap sengaja lewat ke tempat itu sekitar jam setengah enam sore. Saya pikir jembatan memang ditutup kalau menjelang malam. Rasa penasaran tersebut juga yang membuat saya berusaha mencari tahu sendiri. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya. Keingintahuan membuat saya bergerak. Dan pergerakan itu datang dari kesadaran sendiri. Kalau hanya berdiam diri tak mungkin ada perubahan, betul bukan? Akhirnya di suatu pagi yang berembun saya pun mengayuh pedal sepeda menuju pantai. Betul saya naik sepeda. Bagi saya menjalani segala hal apa adanya lebih mudah rasanya daripada mengada-ada. Seperti halnya memilih naik sepeda pun seperti itu.

Sunset


Begitulah akhirnya, berbekal mengulang ingatan dari rute yang pernah dilalui. Saya berhasil melalui sekaligus menikmati liku-liku jalanan di pagi hari. Tak disangka jalan yang saya lalui menyajikan background yang menyejukkan hati. Hijau rerumputan, burung-burung berterbangan di telaga, jalan naik dan turunan menjadi semacam petualangan baru bagi saya. Dan ternyata sanggup menyingkirkan kumpulan kabut di hati. Sungguh perjalanan di pagi hari yang di luar ekspektasi. Demi sebuah jembatan dengan anjungan yang masih misteri bagi saya. 

Saya ingat, sore itu ada yang seseorang yang terperangah setelah membantu mengangkat sepeda ontel ke trotoar di jembatan. Ia kaget ketika saya menjawab pertanyaannya tentang tempat tinggal saat ini. Mungkin bagi dirinya jarak yang saya tempuh cukup jauh dengan hanya mengendarai sepeda (Andai saja dia tahu seberapa jauh jarak yang telah saya tempuh untuk menguatkan jiwa). Saya meminta pertolongannya setelah menyadari salah mengambil jalur jalan, seharusnya sepeda saya naikkan ke trotoar dari bawah. Ini unik menurut saya, karena trotoarnya sangat lebar, dan bisa dilalui sepeda dengan leluasa. Saya lalu mengambil tempat duduk di tangga anjungan setelah memarkir sepeda.

Oh, ya, di bawah anjungan ada banyak pedagang kaki lima. Pengunjung bisa memilih berbagai jajanan sambil menikmati pemandangan pantai. Jembatan Suramadu terlihat juga loh dari anjungan. Menurut saya pribadi tempat ini menyenangkan untuk healing. Selain banyak jajanan yang bisa menemani sambil mengaso, sangat menyenangkan mengamati orang-orang yang tertawa dan tersenyum bahagia di tempat ini. Banyak anak-anak juga yang bermain di jembatan, tingkah laku mereka kadang konyol dan mengundang tawa. Sunset dari jembatan jelas sekali, saya pernah berhasil mengambil beberapa foto estetik dari tempat ini.

Saya akhirnya mendapatkan informasi yang diinginkan setelah berpuas diri menikmati pemandangan dalam ke-introvert-an yang sempurna. Tenyata anjungan itu dibuka setiap akhir pekan dari Jumat hingga Minggu pukul 19.00-21.00. Pada waktu tersebut pengunjung bisa naik ke anjungan. Wow, ini sesuatu hal baru lagi yang harus dilakukan. Kembali seperti yang pernah saya katakan, segala sesuatu yang datang dari kesadaran diri pasti akan membuahkan kebaikan berupa perubahan yang bernilai positif. Dan saya pun berpuas diri karena berhasil mendapatkan jawaban.

Meluncur Di Jembatan Surabaya

Spot paling asyik menurut saya di jembatan ini adalah bagian trotoarnya. Karena ketika saya berjalan di trotoar serasa benar-benar dekat dengan laut. Apalagi ketika meluncur di atasnya dengan menaiki sepeda. Jalanan yang turun membuat laju sepeda bebas lantas. Serasa terbang di atas laut ketika meluncur mengikuti jalanan yang turun. Dan semua keresahan pun ikut terbang, terbawa debu, menjauh ke tengah laut. Terpaan angin seolah menghapus semua ingatan akan kesedihan. Semua hal gelap seolah tertinggal di belakang, sangat jauh tertinggal, karena kecepatan sepeda yang tak terbendung. 

Kemudian pemahaman itu pun kembali muncul. Bahwa semua perubahan itu harus datang dari dalam diri. Percuma saja menunggu dan berharap seseorang berubah tanpa adanya kesadaran yang timbul dari dirinya. Tak mungkin kita bisa mengubah seseorang begitu saja. Sekeras apapun mencoba, sesabar apapun menunggu dan memaafkan, perubahan yang diharapkan hanya akan serupa angan apabila orang itu tidak memiliki kesadaran diri. Walaupun begitu, bukan berarti harus patah hati tiada semangat lagi. Usaha tidak melulu soal hasil. Ikhlas takkan terasa apabila hanya berkonotasi pada akhir yang harus berupa hasil. Yakin pada diri bahwa segala sesuatu akan berubah pada waktunya. Sebuah waktu yang telah dikhususkan Sang Pencipta untuk hal-hal baik.

Kisah di Jembatan Surabaya kembali menghadirkan sebuah kesadaran. Bahwa kita hanyalah manusia yang hanya bisa berencana. Sedangkan pembuat rencana sebenarnya adalah Allah. Thanks to Jembatan Surabaya yang telah menjembatani antara logika, asa, dan kenyataan. Then wait for me, i'll be back.



Posting Komentar

26 Komentar

  1. Dibatam juga ada jembatan Barelang namanya, dan saya senang duduk disamping trotoarnya, menikmati keindahan laut dan sunset, sembari mengingat kejadian2 yang pernah saya lalui..Tenang aja kalo dah duduk disini

    BalasHapus
  2. Autofokus ke foto2nya, cakep2 banget 👍 saya blm pernah ke situ, jadi pengen deh, cuma pernah ke jembatan Barito di Bjm.

    BalasHapus
  3. Asyik banget ya mbak. Saya pernah tinggal di Surabaya tapi belum pernah ke jembatan ini. Baru sempat ngunjungin beberapa tempat keburu pindah. Kulinernya juga ngangenin.

    BalasHapus
  4. Bisa jadi tempat nongkrong yang keren ya kak kala senja tetapi tetap hati-hati juga ya banyak orang lalu-lalang tapi tapi tetap jadi idaman warga sana kayaknya

    BalasHapus
  5. Dari foto foto nya sih terlihat bagus yaa, dan memang cocok sebagai tempat untuk merenung, asal tidak lompat saja hehe. Btw saran saya, akan lebih bagus kalau tulisannya dibiarkan rata kiri mbak. Kalau rata tengah seperti itu agaknya lebih kurang nyaman untuk dibaca :)

    BalasHapus
  6. Lebar juga yaa jembatan surabaya ini. Biasanya memang kalau di jembatan seperti ini ada pedagang kaki lima di kanan kiri jalannya. Jadi bisa sekalian nongkrong sejenak kalau lewat hihi

    BalasHapus
  7. Cerita ini intinya ingin menyindir seseorang atau gimana, Mbak? Kwkwkwkwk...
    Btw.. kita sama, sih, suka sunset dan ngebolang meski cuma pakai sepeda atau motor. Kadang kalau udah gitu semua beban terasa lepas dan legaaa banget. Sederhana rasanya, tapi bermakna.

    BalasHapus
  8. Aku kalau lihat jembatan, mau sok-sokan jalan kaya di drama-drama gitu. Tapi kenyataan di lapangan, takut ketinggian lah, bukan untuk pejalan kaki, dan lainnya. Jadi ya begitulah. Paling hanya lewat, gak benar-benar menikmati kaya di drama

    BalasHapus
  9. Ho sekarang teh Widya tinggal di Surabaya ya? Btw saya jadi ingat pernah mengunjungi Kenpark satu kali. Sekitar 7 tahun yg lalu saya juga sempet tinggal di deket daerah Kenjeran, Surabaya. Jadi kangen Surabaya deh hehe

    BalasHapus
  10. ternyata surabaya punya banyak jembatan yang indah-indah ya, di Bandung sih jembatan ya gitu gitu aja, ga ada yang spesial kecuali jembatan layang, hihihi. suka sih melihat view kota dari jembatan, lihat langit luas. agak adem gitu.tapi hebat mba, dari jembatan aja bisa kontemplasi dengan evaluasi dan semangat diri ya

    BalasHapus
  11. Aku cuma tau Jembatan Suramadu.
    Ini termasuk yang aku kagumi sii.. karena tiang betonnya cancii sekali kalau malam. Ada lampu warna-warni yang secara bergantian menerangi jembatan. Serasa pingin dikasi OST.. hihihi~

    BalasHapus
  12. Ini jembatan baru dekat Kenpark, Mbak? Saya taun lalu ke situ, jembatannya tutup juga.. Viewnya menarik tapi panasnya MasyaAllah. Hehe. Kalo ada kesempatan ke Sruabaya lagi, mau coba mampir ke sana deh

    BalasHapus
  13. Kalau pas lagi sunset ataupun sunrise melintas di jembatan selalu seru dan jadi pengalaman berkesan. Semoga selalu terawat dengan baik

    BalasHapus
  14. Cantiknya pemandangan dari jembatan-jembatan di Surabaya. Seru ya Mbak mengeksplorasi kota Surabaya sambil bersepeda. Kadang dengan jalan-jalan blusukan seperti ini, suasana di sekitar kita pun lebih terasa dekat. Banyak sekali tempat yang bisa dinikmati ya ternyata di kota satu ini.

    BalasHapus
  15. Asyiknya dapat kesempatan emas untuk mengeksplorasi keindahan dan nilai historis jembatan tersebut. Memahami lebih banyak tentang sejarah dan asal-usulnya bisa memberikan wawasan yang menarik dan mendalam. Pemandangannya sungguh memukau kak....

    BalasHapus
  16. Surabaya bukan hanya kita pahlawan kalo gini, kak, tapi kota dengan jembatan nostalgia yang menyimpan sejuta kesan, hehe
    Jembatannya apik pas ya, kak buat mencari inspirasi, healing dan juga introspeksi sambil mengenal diri lebih dalam lagi. Eh..kak, janganlupa ngerem yaa klau lagi ngebut..hehe

    BalasHapus
  17. dari dulu pengen ke Kenpark tapi ga jadi, padahal udah lewat bagian depannya, tapi pas waktu itu kok kayak gersang ga ada apa-apa, jadinya cuman cari makanan aja di daerah sana
    dan sekarang banyak spot jembatan yang bisa dijadikan jalur buat gowes ya, pengennn gitu kalau liat temen temen sepedaan di surabaya

    BalasHapus
  18. Pingin banget main ke Surabaya soalnya belum pernah.. :) Ternyata ada banyak ya jembatan di sana. Jembatan juga bisa jadi tempat yang menarik ya buat dikunjungi dan bisa dibuat ke cerita tulisan juga.. :D

    BalasHapus
  19. sya pernah melewati jembatan suramadu dan itu pengalaman pertama saya, ternyata angin disekitar situ kenceng bgt ya, sampe kaca mobil aja gemeteran.. hehee.. tp jembatan suramadu emang keren bgt dan sangat ikonik.

    BalasHapus
  20. Wah di palembang ada namanya jembatan Ampera emang seru berada diatas jembatan dan lihat pemandangan disekitarnya 😍

    BalasHapus
  21. Setuju mbak, klo perubahan yg benar itu berasal dr diri sndiri bukan krn org lain. Perubahan yg dari diri sndiri niscaya bakal berlangsung lama.

    BalasHapus
  22. Dulu sering banget main ke kenjeran sore-sore, nemenin ipar yang cari ikan. Jembatan yang menurutku berkesan itu di jembatan merahnya Mbak. Deket JMP, di luar kisah sejarahnya, jembatan merah itu uniknya menjembatani kehidupan dua sisi yang berseberangan, etnis cina dan jawa. Pas imlekan, wuihh di sana ramai orang jual, nggak cuma cina aja tapi juga Jawa yang buka dagangan di sana.

    BalasHapus
  23. Perubahan memang harus dari dalam diri ya kak, mau dimotivasi seperti apapun kalau diri sendiri tidak semangat ya mubah..

    BalasHapus
  24. Entah mengapa udah lama jembatan sering jadi destinasi wisata yah.. padahal dulu, dimasa kecil, jembatan punya nuansa mistis dan menakutkan, karena ada hntu penunggunya, hingga banyak mitos. bahkan ada sinetronnya, si manis jembatan ancol.
    sebagai warga Palembang dimana ada jembatan Ampera, kami sampai tahu kalau ada orang foto-foto di ampera, kebanyakan bukan warga palembang, tapi pengunjung dari daerah lain yang kalau ke palembang merasa wajib berwisata ke jempabatan ampera.
    Begitu juga di kampung kelahiranku, Prabumulih, setelah sebuah jembatan flyover diresmikan oleh Pak Jokowi, berbulan-bulan kemudian jembatan itu jadi destinasi wisata warga. hingga sekarang masih ada orang berfoto-foto di jembatan itu.. Ada yang tahu, mengapa jembatan punya magnet seperti itu?

    BalasHapus
  25. Ini jembatan suramadu bukan ya? Jembatan yang terbentang dari surabaya ke pulau madura?

    BalasHapus
  26. Menikmati suasana sunset di jembatan bisa bangett yaa Mba.. Apalagi bawa sepeda ke sana jadi seperti pelepas penat dan capek yaa.. Kalau di Padang memang pantainya dekat Jmbatan gitu Mba, jadi moment tiap sore di situ smbil liatin sunsett..

    BalasHapus

Halo, dilarang spam yah. Maaf, kalau ada komentar tidak pantas mimin bakal langsung hapus.