Rindu Dunia Tanpa Corona

Jakarta PSBB lagi? Oh, tidak. Kok, enggak berhenti-berhenti ,yah teror Corona ini. Baru saja kemarin merasa lega karena keadaan sepertinya sudah mulai akan normal lagi. Apalagi karena New Normal memang benar-benar diberlakukan. Walaupun memang belum semua kegiatan serba normal, tapi ultimatum AKB terasa sekali membawa angin segar setelah terbatas ruang gerak selama ini.

 

Bahkan aku sempat jalan-jalan keluar kota kemarin itu. Terus aku lihat kok masyarakat biasa saja menjalani keadaan yang menurut dunia luar cukup memprihatinkan (aku prihatin Indonesia sampai di-lockdown sama beberapa negara hik). Banyak di antara mereka yang tidak memakai masker malah. Bahkan kursi bus sebelah yang jelas-jelas sudah aku bayar separuh juga masih ada saja yang mau ngedudukin. Padahal sudah jelas-jelas harus social distancing (atau mungkin mereka penasaran pengen satu bangku sama aku? wkk kegeeran).

 

Tapi memang seperti itu kenyataannya. Mungkin ada sebagian orang yang benar-benar phobia dengan pandemi ini sampai-sampai tidak mau menerima tamu ke dalam rumah. Tetapi kebanyakannya aku melihat masyarakat santai saja. Memang untuk kondisi seperti ini bagusnya begitu sih, santai. Cemas berlebihan juga malah bisa bikin badan jadi drop. Tapinya santai yang dibarengi dengan waspada.


Jujur saja aku rindu dunia waktu dulu. Waktu rasa was-was berlebihan tidak seperti sekarang. Waktu enggak panik cuma karena masker ketinggalan. Atau celingak-celinguk kebingungan karena pengen garuk jerawat yang gatel tapi takut di tangannya nempel virus (wekeke). Keadaan sekarang ini yang jadi serba menakutkan dan ribet.



Masuk ke minimarket sama bank saja harus antre beberapa kali. Antre cuci tanganlah, anter dicek suhu badanlah. Oh, padahal antre nunggu dipanggil saja sudah setengah mati bosannya kalau pas di bank. Pokoknya sekarang jadi serba ribet, tapi mau tidak mau harus dilakoni juga.


Kamu kangen nongki santai enggak? Kalau aku jelas kangen banget. Walaupun kebanyakan nongki santai aku enggak jelas, tapi itu sering banget ngebantu ngilangin jenuh dan stres. Tapi sekarang mah boro-boro bisa kayak gitu lagi. Memang sempat sih kemaren nongki-nongki sekejap di Yogyakarta. Itu pun tetap ada siaga patroli yang ngawasin pengunjung di Malioboro.


Berhubung sekarang di kota-kota besar diterapkan lagi PSBB dan PSBM, aku jadi ragu bisa traveling dalam waktu dekat ini. Padahal udah banyak sekali rencana buat ngereview berbagai tempat, khususnya kuliner. Kira-kira PSBB yang sekarang ini bakal seketat kemaren enggak yah? Sampai tukang jualan di kaki lima aja pada sepi.


Terus terang aku kangen sama anak-anak sekolah yang berseliweran. Biasanya mereka pada ribut di angkot, tapi sekarang ributnya gulung-gulung kesal di rumah (hehe). Iya pasti dong, mereka biasanya beraktivitas di sekolah. Sekarang terpaksa harus online dari rumah. Ruang gerak yang terbatas pasti bikin mereka jengkel. Malahan banyak yang pola tidurnya jadi berubah. Malam melek, siang tidur, jadi kayak vampire saja,


Padahal dulu suka kesal kalau ada anak-anak sekolahan yang ngobrol sambil jerit-jerit di angkot. Tapi sekarang malah kangen, kasian juga sama mamang angkot yang jadi sepi penumpang. Eh, omong-omong karena PSBB lagi, angkotnya jadi dibatasi lagi enggak yah jumlah penumpangnya? Terus ojek onlinenya gimana nih. Kayak kemarin lagi enggak yah? Kasian banget kalau kayak kemarin lagi, gimana cari uangnya nanti.


Mana sekarang jadi banyak yang enggak punya kerjaan gara-gara PHK. Bantuan juga banyak yang tidak menyentuh mereka. Ada temannya temanku yang sampai keluar kota nyari kerja. Sekarang malah terjebak di kota itu kehabisan uang. Istri sama anaknya ditinggal begitu saja di kota lain. Miris banget pokoknya. Aku jadi ngerasa bersyukur, walaupun sama juga lagi jobless, tapi setidaknya masih ada pemasukan sedikit-sedikit.


Disini juga aku jadi berpikir kalau Allah memberikan semua ini agar kita pandai bersyukur. Diatas kesusahan kita ternyata masih ada yang lebih susah lagi. Banyak banget yang hidupnya serba kekurangan, dan aku lihat masih banyak orang belum tersentuh bantuan sama sekali. Kadang-kadang sedih kalau lihat mereka tuh. Andai aku bisa berbuat banyak lagi dari hanya sekadar memberi sedekah yang sedikit.


Semoga Allah memudahkan aku, agar aku bisa memudahkan yang lain


Aku rindu dunia yang dulu, rindu kotaku yang dulu. Walaupun sering macet dan bising, tapi tidak ada kecemasan yang menghantui terus menerus. Setidaknya sekarang kita jadi berpikir bahwa memang benar semua yang ada di dunia ini hanya pinjaman.


Bahkan nikmatnya kebebasan beraktivitas saja dulu sering tidak kita sadari dan syukuri.


Sekarang setelah semua menjadi seperti ini banyak pertanyaan senada yang muncul. “Kapan semua ini akan berakhir?” jawabannya ada pada diri kita sendiri. Apabila pikiran kita tetap terkunci oleh kecemasan, pasti kecemasan itu yang akan mendatangkan penyakit.

Pikiran yang positif akan memancarkan aura yang positif juga. Aura positif di sekeliling kita akan menggerakan semesta jadi positif juga. Ayo, dong kita sama-sama buat dunia seperti dulu lagi. Kita singkirkan takut yang terlalu takut sama virus itu dari otak. Biar aura positif kita menghalau partikel Covid yang melayang-layang di udara.



#curhatgaje

 


Posting Komentar

0 Komentar