Goodbye Christopher Robin

Review film Goodbye Christopher Robin


Foto Google


Seneng banget deh langganan Disney+hotstar. Bukan maksudnya mau promosi yah, tapi di aplikasi ini aku nemuin banyak film seru. Salah satunya Goodbye Christopher Robin. Inget banget pas film ini release di bioskop, akunya waktu itu enggak punya waktu buat nonton. 

Eh, ternyata sekarang malah lebih parah lagi karena pandemi ini. Semua orang jadi agak takut harus ngelakuin aktivitas sama-sama dalam satu ruangan. Jadinya punya aplikasi disney ini berkah banget buat aku yang suka nonton. Apalagi film-film di Disney+hotstar itu pada oke punya. 

Nah, aku mau mulai aja nih jebrolin semua rasa sesudah nonton film ini. 


Judul : Goodbye Crishtopher Robin
Settting : Inggris
Pemeran : Margot Robbie, Domhall Gleeson, Kelly Macdonald


Review

Film ini diawali dengan cerita Tuan Milne yang terkena wajib militer. Milne atau Blue terpaksa mematuhinya. Ternyata berada di medan perang memberikan dampak psikologis yang buruk pada Blue. Pria kurus ini mengalami trauma berat, dan hanya orang-orang terdekatnya saja yang tahu. 

Daphne sang istri sangat mendukung karier Blue. Ia sangat ingin Blue menelurkan karya yang fenomenal. Blue ingin menulis sesuatu di suasana yang berbeda. Mereka akhirnya memutuskan pindah ke desa bersama Billy sang anak, dan Nou si pengasuh. 

Sayangnya, proses menulis itu tidak mudah. Apalagi trauma Blue selalu mengganggu aktivitasnya. Ide menulis tentang perang tidak banyak didukung. Istri dan agennya berharap Blue mendapatkan ide yang luar biasa. Akhirnya karena Blue tidak mendapatkan mood menulis saja, ia pun mengalihkannya ke hobi yang lain. Bertukang, dan main cricket dengan anaknya, Billy. 

Daphne sangat kecewa, karena ia berambisi membuat karya-karys suaminya terpampang dimana-mana. Sedangkan Blue sendiri hanya ingin menulis, menuangkan ide, tanpa hal-hal muluk. 



Daphne kemudian berangkat ke London. Nou si pengasuh memanfaatkan hal ini. Ia minta izin untuk membawa Billy ke kebun binatang. Di kebun binatang ini Billy bertemu dengan Winnie si beruang. 

Billy sangat terpukau dengan sosok Winnie. Selama ini ia memang dididik penuh imajinasi oleh Nou. Hutan dekat rumahnya adalah istana imajinasinya beserta binatang-binatang khayalannya. 

Ternyata Daphne tidak ikut pulang ke Sussex. Nou jadi bingung karena ibunya sakit. Nou akhirnya memberanikan diri minta izin pulang. Sebelumnya, juru masak mereka juga sudah izin pulang. Blue dan Billy jadi tinggal berdua di rumah pedesaan itu. 

Awalnya mereka canggung karena harus melakukan segala sesuatu berdua saja. Tapi kemudian hari-hari mereka jadi penuh imajinasi. Blue dan Billy selalu menyertakan boneka-boneka di setiap kegiatan mereka. Seolah-olah mereka itu penghuni rumah lainnya. 

Dari bermain di hutan, main cricket, bertukang, makan bersama, hingga mandi bersama boneka, terciptalah nama Winnie the Pooh, Tiger, dan Piglet. Mereka semua boneka milik Billy. Bahkan Blue mampu mendapatkan ide dari kedekatannya dengan Billy. Maka terciptalah kisah Winnie The Pooh. 

Trauma Blue akibat perang juga dapat teratasi berkat Billy. Daphne pulang ke desa ketika puisi ciptaan Blue mampu menembus penjualan yang lumayan. Harapannya untuk tenar berkobar kembali. 

Cerita Winni The Pooh dengan tokoh Christopher Robin, si pengasuh, juga binatang-binatang, jadi fenomenal di Inggris. Bukunya laku keras, bahkan tercipta jinglenya. 

Kehidupan Billy mulai terganggu ketika semua orang tahu kalau beberapa karakter dalam bukunya adalah nyata. Semua media jadi mengejar Billy. Ketenaran jadi berpindah pada Christopher Robin sekarang. Masa kecil Billy jadi terganggu. Billy merasa sekarang semua kasih sayang orangtuanya bertambah kepalsuannya. 

Billy yang dari awal merasa diabaikan oleh mereka, sekarang semakin yakin kalau dirinya hanya dijadikan alat saja. Apalagi Nou juga punya kekasih sekarang. Billy yakin semua orang tidak mencintainya. 

Nou akhirnya menyadarkan Blue akan kekeliruannya. Billy dimasukkan ke asrama, dan Blue berhenti menulis tentang Winnie. Tapi sesuatu terjadi di asrama itu, sesuatu yang membuat luka Billy semakin dalam. Billy bertekad pergi ke medan perang untuk mengubur lukanya. 

Tak disangka kepergian Billy ke medan perang mengubur semua asa orangtuanya. Kematian Billy menyadarkan mereka berdua akan arti dirinya. Bahkan Blue merasa ketenaran Winnie The Pooh adalah sebuah kesalahan. 

Kesadaran Blue dan Daphne terlambat bukan? Atau mungkin ada kisah lain di film Goodbye Christopher Robin ini? Tonton aja deh, buat kamu yang belum nonton hehe. 


Kesan dan Pesan

Menonton film ini aku jadi semakin menyadari kalau proses menulis itu tidak mudah. Bahkan mendapatkan ide juga tidak mudah ketika kita memaksakan diri untuk mendapatkannya. 

Padahal ide bisa didapat dari sekitar kita, dari keseharian, seperti juga yang akhirnya didapatkan Blue. Ide yang sederhana, tapi eksekusinya yang luar biasa. 

Aku jadi makin paham kalau menulis itu tidak bisa dipaksakan, apalagi untuk cerita fiksi yang butuh keliaran imajinasi. Blue mengajarkan pada kita tentang sebuah proses menulis. 

Tentang menulis yang tak akan bisa terjadi ketika tidak ada relasi antara hati penulis dengan objek yang akan ditulisnya. 

Semua tulisan akan hidup apabila berasal dari hati. Biarkan juga imajinasi menjadi hidup dan liar. Imajinasi itu yang akan melahirkan banyak ide. 


Akhir kata, aku cuma mau bilang kalau film ini berhasil menyentuh hati dan pikiranku. Juga sebuah karya yang fenomenal itu adalah karya yang dikenang sepanjang masa. 

Lalu... cuma mau nanya, ada yang punya buku fenomenal Winnie The Pooh? Hehe. Penasaran banget pengen baca akunya. So, selamat nonton yah, buat kamu-kamu yang belum nonton.  

 





Posting Komentar

0 Komentar