Penginapan Murah dan Ramah Sekitar Malioboro



Yogyakarta ibarat rumah kedua bagiku

Entah  kenapa daya tarik kota ini selalu membuatku ingin kembali. Seperti minggu kemarin tiba-tiba saja memutuskan untuk ke Yogyakarta lagi. Padahal di era AKB ini aku belum hapal benar dengan kebijakan transportasi baru. 

Banyak yang bilang kalau naik bus antar provinsi harus bayar setengah harga kursi sebelahnya. Kalau bus antar kota memang seperti itu, untuk bus antar provinsi awalnya mungkin seperti itu juga. Tapi kenyataannya hanya harga tiket yang naik sekitar 20 persen. Setelah itu setiap harinya ada penurunan harga tiket bus untuk beberapa jurusan tertentu.

Biasanya aku naik kereta api kalau ke Yogya. Karena sekarang ada rapid test jadinya agak malas. Takutnya malah divonis covid dan jadi enggak bisa pergi.

Akhirnya aku memutuskan naik bus. Tentu saja aku yang notabene cewek agak bingung dan takut waktu sampai di terminal Cicaheum. Banyak sekali agen yang memengaruhi untuk beli tiket bus mereka. Harganya juga macam-macam. Karena bingung, akhirnya aku pesan tiket bus Mandala saja. 

Sayangnya di bus bagus ini tidak ada toilet. Tapi lumayan tertolong karena busnya sering berhenti di terminal-terminal tertentu. Perjalanannya lumayan lama, berangkat pukul 10 pagi, tiba di Giwangan pukul setengah satu malam. Memang ada macet sedikit di daerah Garut, tapi faktor lambatnya itu karena sering berhenti sebenarnya. 

Lumayan juga perjalanannya hampir 15 jam. Aku memutuskan tidur di teras mesjid karena bus tibanya malam di terminal Giwangan. Usahakan tidur di tempat terbuka seperti ini jangan terlalu nyenyak, yah, bisa saja ada orang jahat yang mengintai. 

Keesokan paginya aku naik bus Trans Jogja ke Malioboro. Bus kecil ini memang berangkat dari Giwangan setiap pukul 6 pagi. Ingat-ingat kalau mau naik bus TJ, kita harus menyebutkan jurusan yang dituju. Nanti tiket seharga 3500 yang diberikan adan nomor busnya yang harus kita naiki. 

Untuk ke Malioboro aku harus naik bus TJ 3A kemudian ganti bus di shelter berikutnya dengan bus 1A. Harga 3500 itu untuk perjalanan hingga ke Malioboro, jadi tidak perlu lagi membayar ketika ganti bus. Dengan syarat tidak keluar dari shelter sewaktu mau ganti bus. 

Karena Hotel Kalingga sulit dihubungi, akhirnya aku lenyeh-lenyeh dulu di Malioboro. Duduk di kursi di atas trotoar Malioboro punya sensasi tersendiri buatku. Jangan kaget kalau banyak yang menyapa. Mulai dari yang menawarkan jasa becak hingga penginapan. 

Kebetulan waktu itu ada bapak yang menawarkan penginapan mulai dari harga 70, 90 hingga 100 ribu. Katanya menolong saudaranya yang terimbas covid hingga tempatnya jadi sepi pengunjung. 

Karena tertarik, aku akhirnya mengikuti bapak itu. Kami naik motor ke penginapan Pak Dhe yang sebenarnya masih di daerah Malioboro juga. Kalau jalan kaki lumayan juga jaraknya dari shelter bus TJ itu. 

Ternyata tempatnya masuk ke gang kecil, tapi gangnya bersih dan tidak kumuh. Aku langsung senang ketika melihat wujud penginapannya dari luar. Di sebelahnya ada toko batik yang masih milik Penginapan juga. Di depan toko batiknya ada warung nasi yang makanannya enak dan murah. 

Di depan penginapannya juga ada warung kecil, jadi tidak kesulitan kalau ada perlu apa-apa. Ternyata sepanjang gang ini banyak warung. Ada warung kopi dan makanan kaki lima juga. Kalau pagi-pagi di arah kiri penginapan ada warung nasi yang jual tahu baso. Harganya 2 ribu tapi enak sekali rasanya. 

Terus kalau malam di warung kopi ada gorengan martabak telur puyuh. Harganya sama 2 ribu tapi rasanya luar biasa. Warung nasi pecel lelenya juga enak. Pokoknya di gang ini enggak akan kehabisan stok makanan. 

Yang paling membuat bahagia hati itu kondisi penginapan dan kamar-kamarnya. Pertama kali aku ditawari kamar seharga 120 ribu dengan fasilitas bed no 1, tv lcd, kipas angin, kamar mandi modern, kamar yang luas dan bersih plus balkon. 

Tingkat 2

Dapur

Dipan, gitar, majalah, game di tingkat 3

Tempat jemuran


Terus aku ditawari kamar seharga 90 dan 70 ribu. Fasilitas sama tapi dengan kondisi barang dan kamar yang berbeda. Tetapi kualitas barang dan kamarnga bagus sekali. Sedikit menyesal juga karena baru kemarin menemukan penginapan ini.

Akhirnya setelah tawar menawar aku mendapat kamar harga 120 ribu dengan diskon. Jadinya 300 ribu, 3 malam 4 hari. Lumayan juga diskonnya karena kamarnya bagus sekali.

Uniknya, pelayanan kamar di sini kita lakukan sendiri. Sapu dan pengki sudah disiapkan di luar kamar. Kemudian untuk minum kita bisa ambil di atas. Di tingkat 3 ada dapur yang serba lengkap. 

Pengunjung bisa masak air, kopi, dan indomie sendiri di atas. Kopi, teh, snack, gula, garam, sabun, detergen sudah disiapkan semua di dapur. Bahkan ada setrikaan dan kabel panjang juga kalau-kalau diperlukan.

Di tingkat 3 ini biasanya dipakai untuk nongkrong sambil ngobrol dan mendengarkan lagu. Ada dua kamar lagi di tingkat 3 ini. Di depan kamarnya ada dipan dan kursi untuk santai. 

Selain itu ada beberapa gitar yang bisa dimainkan pengunjung sambil santai. Waktu kemarin aku menginap, penginapan ini sedang membangun tingkat 4. Rencananya akan dibuat semacam teras terbuka. Jadi bisa santai sambil melihat pemandangan dari atas. 

Untuk keseluruhan aku merasa puas sekali menginap di tempat ini. Pemiliknya sangat ramah dan enak diajak ngobrol.

Penginapan Pak Dhe ini ada di kawasan wisata Dagen. Di Malioboro ada beberapa kawasan wisata. Kawasan wisata Dagen ini dekat dengan pasar Beringharjo. Gang yang menuju penginapan ini tepat berada di sebelah minimarket Dagen.

Untuk lebih tepatnya bisa minta antar ojek becak atau jalan kaki dengan panduan google maps. 

Menurutku kawasan wisata Dagen ini lengkap fasilitasnya. Selain ada minimarket Dagen, ada Alfamart, ada atm BRI, apotek, dan warung makanan di sepanjang jalannya. 

Boleh dikatakan kunjungan ke Yogyakarta kemarin itu sangat mengesankan karena mendapatkan penginapan Pak Dhe ini. 

O, ya. Untuk pulangnya aku naik Bus Budiman. Baru tahu aku kalau bus ini memang khusus jurusan ke Yogyakarta. Tapi untuk pulangnya harus hati-hati, ada bus Budiman yang hanya sampai Tasik. Pilih bus yang jurusannya hingga Bandung. Bus ini ada di Giwangan setiap pukul 7 pagi, dan berangkat pukul 7.30.

Harga busnya menyesuaikan kondisi. Kemarin dengan tiket 175 ribu aku mendapatkan fasilitas makan sekali dan bus bertoilet. Selain itu disediakan bantal, selimut dan tempat untuk cas hape. Cukup lumayan dengan harga seperti itu mendapat fasilitas yang lengkap. 

Ternyata rencana yang mendadak itu tidak selamanya selalu amburadul. Buktinya aku malah mendapatkan berbagai macam informasi berguna untuk liburan berikutnya.


Posting Komentar

0 Komentar