Cerita Dari Bangkalan: Menyerah atau Terus Melangkah?

Menyerah atau Terus Melangkah?

ywidya.my.id

Ada sesuatu yang mengganjal di dada, entah itu suka atau duka. Lebih mirip sedih yang bercampur marah. Ada sedikit asa tersisa juga di dalamnya. Asa yang terus kupompa agar tidak terbang tinggi meninggalkan raga. Asa yang terus membuatku bergerak dan mencoba hal baru. Asa yang kupegang teguh sebagai janjiku pada Sang Pencipta untuk tidak lupa selalu berbahagia. Asa yang membuatku menjelajah tempat-tempat baru. Asa yang pada akhirnya menyadarkan aku tentang memahami arti hampa yang sesungguhnya. Perjalanan sebenarnya adalah proses aku memahami diriku sendiri.

Jembatan Suramadu

Minggu kemarin tiba-tiba saja muncul ide untuk menyeberangi Jembatan Suramadu. Sudah lama sekali sebenarnya penasaran dengan jembatan megah ini. Ditambah begitu banyak cerita mistis diseputarnya. Tahu sendiri kalau aku selalu penasaran dengan yang berbau mistis dan sejarah. Nah, ceritanya aku kemarin naik motor menyeberangi Jembatan Suramadu. Dari pertama kali motor masuk ke jalan jembatan saja aku sudah terpesona. Jalannya lebar-lebar dan ada jalan kecil di sisi kiri dan kanannya. Kukira itu semacam jalan untuk yang jalan kaki, tapi ternyata itu jalur khusus sepeda motor. Karena kemarin sedang ada semacam perbaikan, jadinya motor yang kunaiki lewat di bagian jalan yang dipisahkan oleh pembatas dari jalan besar yang dilalui mobil.

Rasanya jembatannya panjang sekali. Sewaktu mengambil video pun angin kencang menerpa terus. Terpaksa aku memegang hape dengan dua tangan karena takut terpental oleh angin. Oh, ya, pemandangannya indah sekali. Di tepi pantai yang berada di sisi kiri jembatan tampak perahu-perahu nelayan yang mengapung. Sedangkan di sisi kanan jembatan tampak Jembatan Surabaya di kejauhan sana lengkap dengan Pantai Kenjeran-nya. Sepanjang menyeberangi jembatan saya disuguhi pemandangan yang sangat indah. Dan air lautnya itu terlihat berbeda dari Kenjeran. Semakin dekat ke Madura, air lautnya makin indah saja. 

Menara Jembatan Suramadu


Lama rasanya baru aku sampai di dua menara jembatan yang super megah. Entah berapa meter tinggi menara jembatan tersebut. Kepalaku sampai mendongak demi mebuat video puncaknya. Setelah itu ada dua menara lagi di depannya. Jarak ke Madura makin dekat sesudah menara kedua ini dilalui. Jujur speachless selama menyeberangi jembatan sejauh 5.500 meter ini. Sangat luar biasa megah jembatannya. Pemandangannya juga tak terbantahkan lagi keindahannya. Pantas banyak yang berburu sunrise maupun sunset ke tempat ini. Di waktu malam hari katanya jembatannya lebih indah lagi karena berhiaskan lampu-lampu. 

Kabupaten Bangkalan

Pemandangan pertama ketika motor meluncur turun dari jembatan adalah deretan toko oleh-oleh di sisi kanan jalan. Sayang aku tak sempat mengambil gambarnya. Saking terpesonanya, seperti mengalami dejavu melihat kemiripan toko-toko tersebut dengan yang ada di Jawa Barat. Aku seperti sedang berkendaraan di Jalan Padalarang saat itu, hanya saja tanpa pemandangan batu kapur Tagog Apu. Kembali home sick menyerangku, haruskah pulang dengan mengkhianati jadwal yang telah ditentukan? Seringkali aku benci dengan sifat ini yang seolah tanpa beban. Apa yang terlintas di pikiran saat itu, maka hal itulah yang akan aku lakukan.

Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Madura. Aku sempat mengira ikan adalah komoditi utama Bangkalan begitu melihat sebuah gedung bertuliskan Gedung Sentra IKM di kanan jalan. Gedungnya terlihat sepi, apa masih belum digunakan atau bagaimana, entahlah. Ternyata sektor pertanian juga sebagai salah satu komoditi unggulan di kabupaten ini. Sepeda motor yang kunaiki menyusuri jalan perlahan, lalu berbelok begitu menemukan pom bensin. Sesuai tujuan di awal hanya untuk menyeberangi jembatan saja, aku pun berputar arah kembali ke Surabaya setelah mengisi bensin.

Apakah ini suatu pertanda apabila pasti akan selalu kembali pulang walaupun pergi sejauh apapun juga? Entahlah. Lagi-lagi aku merasakan ada sudut kosong yang tak pernah berhasil terisi meskipun berada di tempat baru yang menarik untuk dijelajahi. Seperti Bangkalan ini yang memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Sayangnya, niatku bukan untuk menjelajah tempat wisata. Dan terlebih lagi aku telah lama berhenti melakukan perjalanan. Ini seperti hanya tinggal menunggui hari-hari untuk kembali saja untukku.

Perjalanan Pulang

Kemudian ketika memutar arah, kembali aku melewati deretan toko oleh-oleh yang tadi. Kios-kios sederhana dengan oleh-oleh yang dipajang di rak dan juga digantung. Sekilas aku melihat ada beberapa camilan yang mirip dengan kembang goyang, entah apa di Madura dinamainya. Hanya saja kembang goyang itu salah satu camilan tradisional Jawa Barat yang aku sukai. Di jalan aku juga menemukan penjual tahu goreng yang bumbunya dilengkapi dengan petis. Katanya petis Madura beda rasanya. Dan benar saja, rasanya lebih pekat dari petis di Kediri ataupun di Surabaya. Sayangnya, aku tak sempat mencicipi bubur kacang hijau khas Madura kemarin. Padahal sewaktu di Bandung aku sering membeli bubur kacang ini, suka dengan cara pengolahannya yang berbeda, rasanya juga enak.

Bersepeda motor di sisi kiri luar jembatan ternyata sangat asyik. Air lautnya indah sekali, seperti ada dua warna kalau dilihat dari atas jembatan. Hanya saja harus hati-hati ketika mengambil gambar karena anginnya super kencang. Pemandangan makin asyik begitu mendekati Surabaya. Tepi pantai sebelah kanan jembatan terlihat eksotik sekali dengan deretan gedung dan rumah. Di sisi kiri juga terlihat Jembatan Surabaya di kejauhan, berikut Pantai Kenjeran dan perahu-perahunya.


Walaupun singkat, petualangan dadakan kali ini sarat makna bagiku. Ternyata, sejauh apapun melangkah pasti akan ada putaran untuk kembali ke arah yang ditinggalkan. Meskipun kuat di perjalanan, belum tentu akan kuat ketika menghadap masa yang sengaja ditinggalkan. Meski bukan sengaja pergi untuk melupakan yang ditinggalkan, tapi lebih kepada membiarkan untuk bertumbuh tanpa adanya penghalang. Meski kata-kata nyinyir kerap dilontarkan, namun bukti-bukti tak dapat diabaikan. Nun jauh di sana, telah tercipta bahagia dari tetesan airmata dan kepingan tawa yang sengaja kutinggalkan. Sepanjang perjalanan, bahagia itu akan makin membesar, dan pada akhirnya menyatu seperti yang telah ditakdirkan. Tak ada kata menyerah, kecuali sejenak menahan langkah. See you again Madura.



Posting Komentar

1 Komentar

  1. Aku belum pernah melewati jembatan Suramadu ini. Pengen banget pastinya.

    Terkadang perasaan ingin pulang pasti selaku ada kok mba. Aku sendiri saat ini pengeeen bgt pulang ke Medan. Apalagi papaku sedang sakit. Tapi kondisi blm memungkinkan Krn suami tugas di luar kota dan anak2 masih sekolah. Terpaksa tahan semua kangennya, cuma bisa berdoa, semoga papa masih diberi umur panjang supaya aku sempet melihat beliau.

    Perjalanan kayak gitu, memang sering bikin teringat dengan tempat lain. Ujung2nya rindu ingin pulang. Tapi sejauh apapun kita melangkah, suatu saat pasti akan pulang ke tempat yg kita anggab rumah kan. ☺️

    BalasHapus

Halo, dilarang spam yah. Maaf, kalau ada komentar tidak pantas mimin bakal langsung hapus.