Ketika Waktu Mengucap Takdir

Telah Berpulang Ke Rahmatullah, Mela Arenia Founder Seminority

 


Waktu itu sungguh lucu, sering mengelabui seperti teka-teki. Baru saja tadi siang aku posting sebuah tulisan yang di luar tema minggu ini. Dan ketika setor tulisan sempat berkata pada diri sendiri, “Ah yang penting setor tulisan walaupun di luar tema juga.” Kalian tahu temanya apa? Tentang perpisahan. Dan aku sedang tidak ada ide sama sekali mengulas tema ini. Tetapi aku sekarang sedang mengetikkannya. Yah, cerita bertema perpisahan yang masih hangat. Terjadi tadi siang sekitar pukul setengah dua. Cerita yang mengguncang hati, menguras airmata.

Baru saja beberapa hari lalu kami mengobrol, dan tiba-tiba tadi siang mendapat kabar adik telah meninggal dunia. Kaget? Jujur lebih ke tidak percaya karena baru beberapa hari lalu kita mengobrol lewat telepon. Atau lebih tepatnya lagi sedih, karena aku tahu dia berharap aku pulang. Sepertinya waktu memang sedang memulihkan segalanya. Menyelesaikan satu demi satu kekacauan atas ulah sendiri.

Mela Arenia

Raden Mela Arenia Surakusumah lahir di Bandung pada tanggal 1 Agustus 1979. Mela menikah dengan Rahmat Suwandi dan dikaruniai dua orang putra, Raysha Akbar dan Ata Adina Akbar. Mela juga merupakan founder dari Seminority.

Tak ada lagi kata-kata yang bisa aku tuliskan tentang adikku ini. Terus terang masih linglung karena kehilangan, dan mataku sakit karena mengetik tidak memakai hard lens. Hanya seucap kenangan ini saja yang bisa kuukirkan lembaran tengah malam ini.

 

Ketika Waktu Mengucap Takdir

Yang teingat akan kita hanyalah kenangan waktu itu. Ketika sama-sama asyik menonton film kungfu. Lalu sesudahnya menumpuk guling dan bantal. Kita akan pura-pura mendaki bukut, menuruni lembah. Setelah lelah, kita lalu minum teh dari cangkir keramik milik Mama. Apabila sedang beruntung, pasti dilanjut dengan bakpao yang sudah mengeras bagian luarnya karena disisakan sedari malam. Esok harinya, petualangan kita akan berlanjut dengan berganti menu. Biasanya teh diganti sirup, sedangkan bakpao diganti mie goreng ukuran jumbo, tapi tentu saja tetap memakai piring keramik China milik Mama. Dan kita akan lanjut pura-pura menjadi murid Gobi Pay yang sedang kelelahan karena turun gunung.

Kuingat pula ketika kita sama-sama antusias mengoleksi foto-foto aktris mandarin. Andy Lau, Aaron Kwok, Stephen Chow. Kita bahkan lebih banyak jajan foto aktris mandarin daripada jajan es teh. Demikian juga ketika kita berebut mendapatkan kartu tiga dimensi berisi gambar Sailor Moon.

Kemudian yang paling kuingat ketika aku setiap hari lari ke kantin Sastra. Ikut berebut kue-kue manis dengan mahasiswa lainnya. Kue-kue manis itu aku bungkus untuk di rumah. Aku sangat senang melihatmu lahap memakan kue-kue itu hingga habis. Di waktu lainnya aku begitu bersemangat menabung setiap hari demi membelikanmu hadiah ulang tahun. Aku sangat senang membuatmu gembira. Karena yang kupunya hanya satu adik, yaitu kamu Mela Arenia.

8 Januari 2023

Padahal aku tahu kamu ingin bertemu, seperti yang tersirat dari suaramu beberapa hari lalu. Tak bisakah kau menungguku sebentar? Mengapa begitu tiba-tiba kau pergi? Apakah awan yang menjemputnya terlalu cepat datang hingga tak sudi menantiku pulang? Maafkan aku yang menjauh karena ingin melupakan luka hati. Perjalanan kita memang seharusnya seperti ini. Namun tak pernah ada kata benci di hati. Hanya menunggu waktu menyelesaikan semuanya. Kabar kepergianmu membuatku sangat lelah. Seperti tak berujung permainan di dunia ini.

Me, kamu adik yang baik. Ibu yang hebat juga buat anak-anak kamu. Aku akan selalu ingat pembicaraan terakhir kita. Jangan khawatir Me, di hatiku hanya ada Allah. Kamu pun tahu, hanya Dia yang menjadi penguat kita selama ini. Selamat jalan, Me. Kita akan bertemu lagi, tunggu saja di sana ...

 

Posting Komentar

0 Komentar